Sabtu, 16 Desember 2017

Cerpen: Mimpi yang Terpendam

Usai sudah ujian akhir semester. Saatnya menunggu hasil rapot dan liburan. Sambil menunggu datangnya hari dimana rapot itu dibagi, seperti biasa sekolahku didatangi oleh mahasiswa-mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi dan juga untuk kelas 1 SMA bakal ada yang namanya tes minat bakat dan tes jurusan kuliah. Selain itu, osis mengadakan classmeet yang lombanya tidak hanya olahraga saja, melainkan lomba-lomba menarik lainnya. Tak hanya lomba-lomba, tetapi mengadakan pameran seni juga.

"Oi, Lih. Kamu entar jadi ikut seminar jurusan apa aja?" Namaku Galih. Tiba-tiba lamunanku berhenti disaat temanku Rafi bertanya kepadaku.
"Aku ikut agribisnis dan agronomi sih. Kamu?"
"Teknik elektro dan teknik informatika, sih. Apa yang sedang kamu pikirkan, daritadi  melamun saja?"
"Tidak memikirkan apa pun."
"Baiklah, aku ke kantin dulu."

Aku tak habis pikir dengan apa impianku. Papa dan mama memintaku untuk masuk ke jurusan selain yang aku pilih. Entah mengapa aku memilih jurusan pertanian. Aku memang suka dengan tanaman. Bahkan aku pernah mencoba menanam sebuah kentang di balkon rumahku. Dan hasilnya di luar dugaanku.

*****

Berjalan menuju halte yang tidak jauh dari sekolahku. Aku masih terpikir dengan apa yang aku impikan selama ini. Pikiran ini tak bisa hilang dari pikiran dan benakku. 

"Assalamualaikum." ucapan salam saat aku memasuki rumahku.
"Waalaikumsalam. Dik, acara seminarmu kapan?" ucap kakak menjawab salamku dan menanyaiku. Kakakku, Galuh, seorang mahasiswi jurusan ekonomi pembangunan di perguruan tinggi negeri ternama. Papa dan mama senang dengan kakak, karena jurusan yang kakak impikan sependapat dengan papa dan mama.
"Besok lusa." jawabku dengan lesu.

Memang papa dan mama tidak suka dengan jurusan pertanian. Disaat papa dan mama menanyakan hal itu, awalnya memang aku bingung dan aku tidak tahu dengan apa yang aku inginkan dan aku cita-citakan. Setelah aku menyebutkan kemana jurusan yang akan aku ambil, mereka terkejut dan mama bertanya kepadaku, "mengapa tidak mengambil jurusan arsitek ataupun kedokteran saja?" dan kujawab tidak. Lalu, papa menawarkanku untuk sekolah pilot. Tetapi, aku juga berkata tidak. Setelah mereka menanyakanku akan hal itu, mereka agak marah denganku karena mereka merasa tidak cocok dengan jurusan yang aku pilih.

*****

Malam ini aku makan malam hanya bersama nenek. Papa ada tugas di luar kota. Mama ada acara bersama teman-teman kerjanya. Kakak pergi mengerjakan tugas kelompok dengan teman-teman kuliahnya. Nenekku saat ini sudah berusia 75 tahun. Beliau masih sangat sehat. Setiap pagi tidak pernah meninggalkan kebiasaan yang dilakukannya sejak masih seusiaku, yaitu olahraga pagi.

"Ada apa kau melamun saja, Galih?" tanya nenek kepadaku.
"Galih bingung, nek." jawabku.
"Mengapa kamu bingung? Ceritakanlah kepada nenek."
"Nek, saat ini Galih bingung dengan apa yang Galih impikan. Waktu nenek keluar kota karena acara undangan olahraga, papa dan mama tanya ke Galih tentang jurusan kuliah."
"Memangnya kamu memilih jurusan apa?"
"Galih memilih jurusan pertanian, nek. Tapi, papa dan mama, tidak setuju dengan pilihan Galih."
"Kamu sama halnya dengan nenek. Dulu nenek memilih jurusan olahraga, itu pun tidak disetujui oleh orang tua nenek. Tetapi, nenek selalu berdoa dan tawakal. Nenek juga berusaha untuk mewujudkan mimpi nenek. Akhirnya, nenek masuk ke jurusan olahraga dan kuliah lebih cepat. Orang tua nenek terkejut setelah nenek lulus dan mereka bangga. Pesan nenek untuk Galih, Galih harus sabar, tawakal, berdoa, dan berusaha. Tunjukkan jika kamu bisa sukses dengan apa yang kamu pilih dan kamu tentukan. Buatlah papa dan mama kamu bangga."
"Baik, nek. Terima kasih banyak sudah membantu Galih."
"Sama-sama."


*****

Hari ini, hari dimana aku mengikuti seminar jurusan. Aku mendaftar jurusan yang sudah aku pilih yaitu agribisnis dan agronomi. Aku masih berpikir dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Karena aku sudah sangat yakin dengan jurusan ini, walaupun bertentangan dengan papa dan mama.

Acara seminar dimulai. Aku mengikutinya dengan baik. Peminatnya pun juga tak banyak, tidak mencapai 20 orang.

Banyak informasi menarik yang kudapatkan. Mulai dari materi dasar, mata kuliah, kegiatan, prospek kerja, dan masih banyak lagi. Sewaktu aku mengikuti tes minat bakat dan jurusan kuliah pada saat kelas 1 SMA, hasilnya yang cocok yaitu pertanian dan yang berbau dengan alam. Lalu, semenjak itu aku selalu memikirkan dengan apa yang akan aku pilih untuk kuliah nanti. Awalnya, aku terkejut dengan hasil yang aku dapatkan. Memang, sejak SD aku sangat suka dengan menanam tanaman. Bahkan aku sering mencoba menanam sayur dan buah di halaman belakang.

*****

Semua kegiatan selesai. Seminar, classmeet, dan lain-lain terselesaikan dengan baik. Tiba di hari pengambilan rapot. Mama menerima hasil rapotku dengan bangga. Sampai di rumah, mama menunjukkan hasil rapotku kepada papa. Papa bangga melihat hasil rapotku. Papa dan mama merencanakan liburan dengan mengajakku, kakak, dan nenek keluar kota.

Malam ini, aku makan malam bersama keluarga di rumah. Papa dan mama berbincang-bincang kepada kakak tentang kuliahnya. Setelah berlibur bersama keluarga nanti, kakak harus meninggalkan kami karena skripsi. Tak lama lagi kakak wisuda. Tiba-tiba papa menanyakanku akan hal jurusan kuliah lagi.

"Galih, apa kamu sudah punya bayangan untuk kuliah nanti? Jurusan apa yang akan kamu ambil?" tanya papa dengan sangat yakin.
"Ya, aku ingin mengambil jurusan pertanian seperti agribisnis atau agronomi." jawabku dengan tersenyum.
"Apakah tidak ada jurusan lainkah selain itu? Mengapa kamu ingin masuk jurusan itu? Alangkah baiknya jika kamu mengambil jurusan kedokteran." Mama menegurku karena ia menginginkanku untuk masuk kedokteran.
"Papa sudah menyiapkan semuanya untuk kamu. Karena kamu sudah membuat kami bangga akan kepandaian dan kecerdasanmu. Cobalah kamu pikir-pikir lagi jurusan yang kamu pilih selain pertanian." Papa menegaskanku untuk berpikir kembali agar aku tidak masuk ke jurusan yang aku pilih ini. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku tidak tahu jurusan apa yang akan aku pilih selain itu. Walaupun mereka selalu mendukungku dengan prestasi-prestasi yang aku raih selama ini, mereka tetap saja tidak ingin aku memasuki jurusan pertanian.

Selesai makan malam aku kembali ke kamarku. Aku tetap memikirkan masalah tadi. Mengapa papa dan mama tidak setuju jika aku masuk ke jurusan ini? Apa yang salah dengan jurusannya? Pertanyaan-pertanyaan itu masih saja berada di pikiranku. Seseorang mengetuk pintu kamarku, dan menghentikan lamunanku. Kakak. Ia masuk ke kamarku dengan membawa laptopnya dan memberikan sebuah informasi untukku.

"Sedang apa kau? Pasti memikirkan hal tadi." Kakak menyeru untuk menghiburku. "Tak usah terlalu dipikirkan, Terpenting kamu bisa mewujudkan dan membuktikan jika kamu bisa membuat mereka lebih bangga lagi kepadamu. Kakak punya informasi buat kamu."
"Apa itu, kak?" tanyaku kepada kakak.
"Ada beasiswa untuk jurusan pertanian apa saja. Mungkin kamu bisa mengikutinya dari persyaratan-persyaratannya. Coba kamu baca dulu deh." Aku membaca informasi tentang beasiswa ini. Aku sangat tertarik untuk mengikuti tesnya. Aku menyetujui informasi yang kakak berikan untukku. Pada saat tes ini dilakukan, kakak akan mendampingiku. Kakak memang benar-benar mendukungku.

*****

Liburan usai. Kembali masuk ke sekolah. Menikmati hari-hari di kelas 3 SMA bersama teman-teman yang sebentar lagi akan berpisah untuk mengejar impian masing-masing. Semester kali ini, diisi oleh berbagai ujian penting yang harus dihadapi untuk menanti kelulusan. Mulai dari ujian praktek, ujian sekolah, dan ujian nasional.

Semua ujian telah kuhadapi. Semua terselesaikan dengan penuh keyakinan, tinggal menunggu hasilnya dan menunggu hari kelulusan. Sambil menunggu hari kelulusan datang, aku berlibur bersama teman-teman untuk berpetualang dan mendaki gunung.

Hingga pada akhirnya, hari kelulusan itu datang. Semua murid datang bersama keluarga masing-masing. Pada acara ini diisi oleh tampilan-tampilan seperti sambutan-sambutan, tari tradisional, dan tampilan-tampilan menarik lainnya. Seperti biasa, acara hari kelulusan diisi oleh pengumuman tentang nilai ujian tertinggi, siswa/siswi yang diterima di perguruan tinggi negeri, dan siswa/siswi peraih beasiswa baik dalam maupun luar negeri.

Pembawa acara sudah menyebutkan siapa saja mereka peraih nilai ujian tertinggi dan siapa saja yang diterima di perguruan tinggi negeri. Saat ini disebutkan siswa/siswi peraih beasiswa, dan disitu terdapat 10 anak.

"Baiklah semuanya, sudah 9 murid yang saya sebutkan sebagai peraih beasiswa. Namun siapakah yang meraih beasiswa selanjutnya?" Jantungku berdebar-debar, saat pembawa acara akan menyebutkan siapakah peraih beasiswa yang ke-10. "Selamat kepada... Galih Putra Zhafrandhani dari kelas 3 IPA 2 sebagai peraih beasiswa dan diterima di Instintut Pertanian Bogor jurusan Agribisnis." Aku terkejut mendengarnya. Semua bertepuk tangan dengan meriah. Papa dan mama pun sangat terkejut. Mereka menangis terharu akan usaha dan perjuanganku selama ini. Aku menghampiri kedua orangtuaku dan sungkem kepada mereka. Mereka memelukku dengan erat dan meminta maaf kepadaku telah memaksa untuk memilih apa yang mereka inginkan. Kakak dan nenek tersenyum bangga kepadaku.

*****

Kini saatnya aku melangkahkan kakiku menuju jenjang yang lebih tinggi. Meneruskan perjuangan untuk mencapainya. Telah kusadari, bahwa aku pernah memendam mimpi ini. Sudah saatnya aku mewujudkannya. Dan sudah saatnya aku berjuang mengembangkannya.

...........................
TAMAT